Sabtu, 11 Juni 2011

TERTIPU

          Kamis, 9 Juni 2011 ketika asyik ngobrol dengan rekan sekerja sambil menunggu suami menjemputku, tiba-tiba ponselku berdering. Tampak no SIM 2 yang hampir habis masa aktifnya dihubungi no tak dikenal. Ketika kuangkat terdengar suara yang mirip suamiku (agak nggak jelas, agak bergumam) sambil menangis mengatakan bahwa ia telah menabrak orang dan ia menghubungiku dengan HP seorang polisi.
          Pak polisi itu mengatakan bahwa suamiku telah menabrak mati seseorang dan mengajak diselesaikan secara damai (kekeluargaan). Kontan aku menangis sedih mendengar kabar mengejutkan ini. terlintas dalam pikiranku berbagai kekhawatiran. Polisi itu melanjutkan bahwa ia dan 3 anak buahnya tidak mau disuap di depan umum dan ia meminta transfer pulsa saja keempat no HP yang ia sebutkan dengan total jumlah satu juta rupiah. Ia meminta aku untuk saat itu juga pergi ke kounter pulsa terdekat dan melarangku memutus pembicaraan. Ia berpesan untuk merahasiakan percakapan ini. Mungkin untuk mencegah aku berpikir panjang, atau meminta pertimbangan orang lain. 
          Aku yang udah panik, mulai beranjak berdiri dan berjalan meuju kounter pulsa. Bari dua puluh meter aku berjalan, muncul mobil suamiku yang tidak lecet sedikitpun. Suamikupun sedang asyik menikmati lagu leawat headset ponselnya.
          Langsung saja kuputus percakapan dengan polisi gadungan itu, dan menanyakan apa benar ia telah menabrak orang hingga mati. Suamiku kaget mlah balik bertanya, "Siapa yang bilang? Darimana Kabar seperti itu? Aku kan tadi sudah sms kalau aku bertamu ke rumah teman sebentar."
           Begitu polisi gadungan itu menelpon lagi, kutuding langsung bahwa ia telah menipu dan seterusnya... sampai ia memutuskan telponnya.
           Ini pelajaran bagiku, tapi aku terlanjur nangis, maluuuuu.....